JEMBATAN TIMBANG MACCOPA
RESAHKAN MASYARAKAT
Maros, -
Keberadaan jembatan
timbang
di sepanjang jalan poros trans sulawesi, idealnya mampu memberikan dampak yang
baik bagi para pengguna jalan, khususnya para pengemudi kendaraan bermotor.
Pasalnya, jika fungsi jembatan timbang yang ada tersebut betul-betul
dimaksimalkan, maka dampak kerusakan jalan dan kecelakaan lalulintas akibat kelalaian
dan kelebihan muatan kendaraan dari para pengemudi yang nakal, dapat dihindari.
Namun kenyataanya, keberadaan jembatan timbang disejumlah daerah, justru
menjadi “lahan” tempat para oknum dinas perhubungan nakal meraup keuntungan
pribadi, tanpa mempertimbangkan dampak dari apa yang mereka lakukan.
Seperti halnya yang ditemukan Tim Wartawan media ini disalah satu
jembatan timbang didaerah Kabupaten Maros, saat melintasi didaerah tersebut.
Beberapa kali wartawan media ini menemukan petugas diJembatan timbang
tersebut tidak memfungsikan jembatan timbang tersebut untuk menimbang kendaraan
yang lewat.
Bahkan saat wartawan media ini berada di Jembatan Timbang tersebut, para
pegawai Dinas Perhubungan diJembatan tersebut seolah tidak peduli dengan
kehadiran wartawan.
Mereka dengan santainya membiarkan kendaraan truk yang lewat tidak
melalui jembatan penimbangan, melainkan melalui sisi lain jembatan (jalur samping jembatan,red). Anehnya,
meski tidak melaui jembatan, para pegawai yang jaga ditempat itu justru tetap
menerima sejumlah uang dari para pengemudi, yang nilainya bervariasi.
Salah satu oknum pegawai dinas perhubungan, yang ditunjuk rekannya sebagai
kepala timbang yang ditemui diLokasi tersebut, mengaku tidak bisa memaksa para
sopir truk untuk melewati jembatan timbang yang telah disediakan, karena banyak
pengemudi yang bandel.
Ironisnya, pernyataan salah satu pengemudi truk yang didapati singgah
dijalan poros, didepan jembatan timbang, justru sangat bertolak belakang dengan
pengakuan oknum dinas perhubungan tersebut.
Kepada wartawan media ini, sopir truk tersebut mengaku singgah ditempat
itu untuk membayar sejumlah uang, karena takut akan dikejar oleh petugas jika
mereka tidak singgah untuk untuk “menyetor”.
“Kalau tidak singgah, kita
dikejar pak.” Ungkap sopir truk tersebut.
Menurut sumber tersebut, setiap melewati jembatan timbang tersebut,
dirinya menyetor uang dengan jumlah yang bervariasi. Mulai dari 25.000, hingga 35.000.
“Tergantung muatan pak.
Kalau muatan banyak, kita juga bayar banyak.” tutur pengemudi tersebut.
Yang lebih mengherankan, saat wartawan media ini melakukan penelusuran
lebih jauh, kendaraan yang digunakan Tim Wartawan dan di Parkir didalam kawasan
jembatan timbang tersebut, dilempari oleh orang tak dikenal.
Selain menjadi sarang pungli yang meresahkan pengemudi khususnya sopir
truk, keberadaan Jembatan timbang maccopa didaerah tersebut juga dikeluhkan
oleh masyarakat sekitar.
Pasalnya, jalan masuk jembatan timbang tersebut menutupi saluran air yang
berada ditepi jalan umum tersebut.
Menurut salah satu warga yang ditemui dilokasi tersebut, selama jalan
masuk jembatan timbang tersebut dibuat, saluran air tersebut sudah tidak lagi
bisa berfungsi, karena sudah ditimbun dan dijadikan jalan masuk untuk jembatan
timbang. Hal ini mengakibatkan daerah tersebut rawan banjir, khususnya jika
musim penghujan tiba.
“kalau musim hujan, air
terpaksa meluap kejalan pak. Soalnya salurannya sudah tertimbun dan dijadikan
jalan masuk jembatan timbang.” Tutur seorang warga yang tinggal disamping
jembatan timbang tersebut.
Dari pantauan media ini dilapangan, saluran air tepi jalan poros
tersebut sudah tidak berfungsi lagi sebagai saluran air, karena sudah ditimbun
untuk dijadikan jalan masuk jembatan timbang.
Hal inilah yang dikeluhkan warga sekitar, karena diduga menjadi penyebab
utama terjadinya banjir kawasan tersebut, apalagi jika musim penghujan tiba.
Saluran air yang sedianya dapat menjadi sarana penyaluran air kesaluran
induk hingga kesungai, terpaksa tidak lagi berfungsi sebagaimana layaknya.(Wahyuddin/Sl).
No comments:
Post a Comment